Kinerja Maskapai Penerbangan Indonesia Diperkirakan Alami Penurunan

Pengamat penerbangan, Gatot Rahardjo, memperkirakan bahwa kinerja maskapai penerbangan di Indonesia sedang melambat. Menurutnya, industri penerbangan masih belum pulih sepenuhnya akibat dampak pandemi Covid-19 dan saat ini menghadapi tantangan yang cukup serius. Tingkat profitabilitas juga terus menurun, yang tercermin dari pendapatan industri penerbangan yang masih lesu.

Pada paruh pertama tahun 2024, maskapai penerbangan berbiaya rendah Air Asia Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp 1,29 triliun, meningkat hingga 7 kali lipat atau 643,92 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, Garuda Indonesia masih bisa bernapas lega karena berhasil melakukan restrukturisasi utang. Garuda Indonesia bahkan mencatatkan pertumbuhan kinerja sebesar 32,88 persen secara tahunan, mencapai 76,50 juta dollar AS per Juni 2023.

Gatot mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi industri penerbangan saat ini. Dia menegaskan bahwa jika tidak ada tindakan yang cepat, situasi bisa semakin memburuk. Meskipun semester I 2024 merupakan masa peak season penerbangan, dengan banyaknya hari libur seperti Lebaran dan pemilu yang meningkatkan mobilitas masyarakat, namun banyak maskapai masih mengalami kerugian.

Menurut Gatot, penyebab utama kerugian maskapai penerbangan adalah karena biaya yang lebih besar daripada pendapatan yang diterima. Biaya terbesar berasal dari harga avtur yang bisa mencapai 30 persen dari total biaya untuk maskapai full service atau bahkan 50 persen bagi maskapai LCC. Selain itu, biaya maintenance sebesar 16 persen dan biaya sewa pesawat sebesar 14 persen juga menjadi faktor penentu.

Gatot juga menyoroti pengaruh nilai tukar mata uang terhadap biaya operasional maskapai penerbangan. Semakin tinggi nilai dollar AS terhadap rupiah, semakin besar biaya yang harus ditanggung oleh maskapai. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kenaikan total biaya operasional maskapai.

Dalam konteks ini, Gatot menilai bahwa semua maskapai penerbangan nasional akan mengalami kesulitan yang sama jika situasi terus memburuk. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah ini agar industri penerbangan dapat pulih kembali.

Dengan demikian, kondisi industri penerbangan di Indonesia memang sedang menghadapi tantangan yang serius. Namun, dengan adanya kesadaran dan kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan industri penerbangan dapat bangkit kembali dan menghadapi masa depan yang lebih baik.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *