Pengamat Menilai Janji Politik Elite Masih Tidak Memperhatikan Kepentingan Rakyat

Pieter C Zulkifli, seorang pengamat hukum dan politik, menyoroti adanya agenda terselubung di balik janji-janji politik yang sering disampaikan oleh para elite. Menurutnya, agenda tersebut hanya menguntungkan kelompok tertentu atau segelintir orang saja. Dalam analisis politiknya berjudul ‘Jerat Politik Kekuasaan: Oligarki, Korupsi, dan Mimpi Keadilan yang Sirna’, Pieter Zulkifli menyebut bahwa kebenaran dan kejujuran yang seharusnya menjadi landasan utama dalam pemerintahan, sering kali dikorbankan demi ambisi kekuasaan.

“Para politisi korup tidak jarang menjadi pengkhianat bangsa, menjual kepentingan rakyat demi keuntungan pribadi dan golongan,” ujar Pieter Zulkifli melalui keterangan tertulis pada Selasa (27/8/2024). Menurutnya, Indonesia tengah berjuang untuk keluar dari belenggu kegelapan sejarah, di mana luka akibat penjajahan masih terasa hingga saat ini.

Zulkifli menyatakan bahwa kekuasaan politik yang kotor telah merajalela pasca kemerdekaan, merongrong sendi-sendi kehidupan bangsa. Retorika indah tentang Indonesia Maju dan Indonesia Emas dianggapnya hanya sebagai selimut tebal yang menutupi kenyataan pahit. Rakyat semakin lelah dan harapan untuk hidup lebih baik semakin menipis.

“Institusi negara dan para pemimpin kehilangan kepercayaan rakyat, sementara tokoh agama, budayawan, dan pemimpin opini publik terperangkap dalam pusaran kekuasaan,” ungkapnya. Zulkifli menegaskan bahwa para politisi busuk dan pengkhianat bangsa terus mengabaikan kebenaran dan kejujuran, menjatuhkan rakyat ke dalam kemiskinan dan kebodohan.

Para penguasa dan elite politik lebih memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya daripada memperhatikan masa depan rakyat. Reformasi dan perubahan yang diharapkan dari amandemen UUD 1945 ternyata hanya alat politik untuk memperkuat cengkeraman kekuasaan.

Sistem hukum yang seharusnya menjadi benteng terakhir bagi keadilan justru digunakan sebagai alat para penguasa untuk melindungi diri dan kroninya. Hukum yang bisa dibeli hanya akan menciptakan penjahat baru yang berlindung di balik atribut kehormatan, menjauhkan keadilan dari rakyat.

Elite politik sering menggunakan pernyataan-pernyataan indah untuk membius masyarakat, sementara Presiden pun tidak mampu membereskan kekacauan dalam kabinet atau kementeriannya sendiri. Retorika tentang Indonesia Maju dan Indonesia Emas hanyalah topeng untuk menutupi ketidakberdayaan melawan kekuatan oligarki dan elite yang rakus.

Korupsi yang merajalela di Tanah Air dinilai Zulkifli sebagai masalah sistemik, bukan hanya persoalan individu. Sistem politik yang lebih memprioritaskan kepentingan kelompok daripada rakyat, lemahnya pengawasan terhadap penggunaan anggaran negara, serta budaya korupsi yang sudah mengakar menjadi faktor utama maraknya praktik korupsi di negeri ini.

Masyarakat sudah lelah dengan ketidakadilan yang merajalela. Bagi Zulkifli, kepemimpinan yang tidak berpihak pada kebenaran membentuk wajah buruk negeri ini. Pemberantasan korupsi dan penegakan keadilan tanpa tebang pilih harus menjadi prioritas utama untuk mewujudkan mimpi Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Zulkifli mengajak masyarakat Indonesia untuk bangkit dan melawan segala bentuk ketidakadilan. Kesadaran kolektif harus dibangkitkan untuk melawan para politisi busuk yang hanya memikirkan kepentingan pribadi. Perubahan harus dimulai dari kesadaran bahwa kebenaran dan kejujuran adalah fondasi utama bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Hanya dengan kejujuran dan kebijaksanaan kekuasaan, masyarakat bisa meraih kesejahteraan dan kemakmuran yang selama ini diimpikan.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *