Bank-bank Indonesia Menjanjikan Kredit Hijau di Indonesia
Beberapa bank sekarang makin serius dengan prinsip ESG (Environment, Social, and Governance) mereka, dan salah satu cara mereka melakukannya adalah dengan meningkatkan pembiayaan hijau. Contohnya, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) punya target ambisius: mereka ingin pembiayaan hijau dan berkelanjutan mencapai 25% dari total kredit mereka sampai akhir 2024. Herry Hykmanto, Direktur Syariah & Sustainability Finance Bank Danamon, menjelaskan bahwa mereka berusaha keras untuk meningkatkan portofolio hijau mereka dan menuju target nol emisi di tahun 2030. “Harapannya, tahun ini kita bisa capai 24%–25% untuk portofolio sustainable. Tapi kalau bisa lebih, itu lebih baik,” ujarnya dalam media briefing di Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2024).
Herry juga bilang kalau sebagai bagian dari grup keuangan besar Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), mereka mendorong sustainable finance. Tahun lalu, Bank Danamon udah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp31,3 triliun, naik 24% dari tahun sebelumnya. Pembiayaan berkelanjutan mereka menyumbang sekitar 21% dari total kredit Bank Danamon. Pembiayaan ini fokus pada berbagai bidang, seperti blue energy yang memanfaatkan air dan energi terbarukan. “Ke depan, kita bakal terus tambah porsi sustainable finance,” tambah Herry.
Di sisi lain, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga nggak mau kalah. Mereka mencatatkan penyaluran kredit hijau sebesar Rp139 triliun pada semester I/2024, naik 20,87% dari tahun lalu. Selama periode yang sama, total sustainable financing Bank Mandiri—yang meliputi social loan dan green loan—mencapai Rp278 triliun, naik 14,7% dari tahun sebelumnya. Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, bilang bahwa di antara empat bank besar, BMRI punya pangsa pasar green portfolio terbesar, yaitu lebih dari 30%. Pembiayaan hijau mereka banyak digunakan untuk sektor energi terbarukan, pengelolaan SDA hayati, dan bangunan ramah lingkungan. Bank Mandiri juga mengembangkan berbagai produk berkelanjutan seperti sustainability linked loan dan green bonds, serta KPR hijau untuk nasabah ritel.
Untuk social loan, Bank Mandiri fokus pada UMKM, termasuk melalui kredit usaha rakyat (KUR). Saat ini, porsi pembiayaan hijau dan social loan BMRI cukup seimbang.
Sementara itu, PT Bank DBS Indonesia menargetkan pertumbuhan pembiayaan hijau dua digit untuk 2024-2025. Dalam dua tahun terakhir, mereka udah mengalami lonjakan signifikan dalam penyaluran pembiayaan berkelanjutan. Pada 2023, Bank DBS Indonesia mengucurkan Rp6,1 triliun untuk pembiayaan berkelanjutan, melompat lima kali lipat dari Rp1,1 triliun pada 2022 dan melampaui target Rp1,3 triliun mereka. Pembiayaan terkait ESG ini setara dengan 9,61% dari total portofolio pinjaman mereka yang mencapai Rp63,44 triliun.
Mayoritas sustainable financing Bank DBS Indonesia diarahkan ke sektor bangunan ramah lingkungan dan energi terbarukan, masing-masing sebesar 44,25% dan 33,65%. Mereka juga mendanai sektor efisiensi energi, transportasi ramah lingkungan, dan produk eco-efficient. “Dalam dua tahun terakhir, tren sustainable financing terus meningkat. Sekarang, banyak pelaku bisnis yang proaktif mencari pembiayaan berkelanjutan sesuai dengan program mereka menuju net zero dan dekarbonisasi,” kata Heru Gautama Hatman, Executive Director Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia. Heru juga menyebutkan bahwa Bank DBS Indonesia menawarkan berbagai produk sustainable financing yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan nasabah korporasi, termasuk Green Loan dan Sustainability Linked Loan, serta Social Loans untuk mendukung UMKM, termasuk yang dikelola oleh perempuan untuk mendorong kesetaraan gender.