Stok Garam Semakin Menipis Usai Impor Dibatasi
Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) melaporkan bahwa stok bahan baku, terutama garam untuk industri aneka pangan, semakin menipis. Beberapa perusahaan bahkan hanya memiliki sisa pasokan garam untuk 1-3 bulan ke depan. Hal ini disebabkan oleh upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi garam nasional berdasarkan Peraturan Presiden No 126/2022 yang diterapkan mulai tahun ini.
Ketua Umum Gapmmi, Adhi S. Lukman, telah melaporkan kondisi ini kepada Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmia dan Menko Pangan Zulkifli Hasan. Mereka menyampaikan bahwa industri aneka pangan masih kesulitan menggunakan garam lokal karena spesifikasi yang belum sesuai.
Meskipun awalnya ada upaya untuk menggunakan garam lokal, namun setelah dicoba, ternyata garam tersebut tidak memenuhi standar industri karena kadar air dan magnesium yang tinggi. Sebagai akibatnya, produk-produk tersebut tidak dapat dijual karena tidak memenuhi mutu standar.
Produk reject tersebut umumnya berupa bumbu masak, mie instan, bumbu powder, dan lain sebagainya. Beberapa perusahaan besar mengalami tingkat reject yang tinggi, dengan penggunaan garam mencapai puluhan ribu ton per tahun.
Salah satu perusahaan bumbu masakan multinasional besar bahkan mengancam akan berhenti produksi dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) jika kebutuhan garam tidak dapat terpenuhi. Mereka terpaksa harus mengimpor garam dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang tentu saja merugikan negara.
Saat ini, industri sedang memasuki masa puncak produksi menjelang lebaran, namun kekurangan bahan baku garam membuat situasi semakin mendesak. Adhi berharap agar solusi dapat segera ditemukan agar industri makanan tidak terganggu.
Meskipun kebutuhan garam dalam setiap produk relatif kecil, namun memiliki nilai tambah yang tinggi. Misalnya, dalam mie instan, garam hanya merupakan sebagian kecil dari total komposisi bumbu.
Adhi menyampaikan harapannya agar pemerintah dapat membantu menemukan solusi atas masalah ini. Dia berencana untuk bertemu dengan berbagai pihak terkait, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Menko Pangan, Kementerian Perdagangan, dan Menko Perekonomian untuk mencari solusi terbaik.
Dalam situasi yang mendesak ini, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama guna menemukan solusi yang tepat agar industri aneka pangan tetap dapat berjalan lancar. Semoga masalah ini segera dapat diselesaikan demi kelangsungan industri makanan di Indonesia.